musim kemarau, selain memberikan kesengsaraan kepada para manusia di bumi karena menyebabkan berkurangnya air bersih, ternyata juga memberikan kesenangan. Khususnya dalam hal ini adalahkepada anak-anak dan para pecinta layang-layang. Pasalnya, pada musim ini, tak ada hujan yang akan menghalangi mereka untuk berhura-hura menerbangkan layang-layang, anginnya pun mampu bekerjasama dengan baik, sehingga kadang membuat anak-anak jadi lupa waktu.
Layang-layang sudah tak asing lagi bagi kita, bahkan benda ini mampu menginspirasi untuk dijadikan sebuah lagu anak-anak. Dahulu, kita hanya mengenal layang-layang berbentuk segi empat yang banyak dijual di warung-warung untuk membahagiakan anak-anak. Sekarang kita bisa melihat beratus-ratus macam layang-layang yang bisa membuat mata kita enggan mengedipkannya walau hanya sesaat. Mulai dari ukuran standar, sampai ke ukuran super besar, dari menggunakan benang jahit, sampai menggunakan tambang. Layang-layang yang bagus itu bisa kita temui di event parade layang-layang yang bahkan sekarang sudah mencapai tingkat internasional.
Nah, yang menjadi sorotan bagi saya adalah layang-layang yang ada di kabupaten kuningan jawa barat, dimana saya bekerja. Saat sedang jalan-jalan mengelilingi kota kuningan dan berhenti di pinggir jalan untuk istirahat, ada hal yang menggangguku, yaitu sebuah suara yang agak mirip dengan suara pesawat terbang. Padahal, daerah kuningan tidak termasuk menjadi jalur pesawat, sehingga jarang ada suara pesawat, dan itu yang membuatku mencari sumber suara. Setelah mata lelah memandang ke segala penjuru mata angin, mataku memperhatikan benda yang bergerak-gerak di udara, yaitu layang-layang.
Setelah di perhatikan betul-betul, ternyata memang suara itu berasal dari layang-layang yang sedang mengudara tadi. Terlebih lagi saat ada seorang anak kecil yang “menangkap” layang-layang yang semakin meyakinkanku bahwa sumber suara berasal dari layang-layang tersebut. Setelah saya konfirmasi ke orang asli kuningan, memang benar bahwa ada layang-layang yang bisa berbunyi. AJAIB. Setelah ditelusur lebih jauh, ternyata sumber bunyi berasal dari punggung layang-layang yang merupakan asesoris tambahan, yaitu sebatang lidi yang diikat erat di punggung, kemudian ujung-ujung lidi tersebut diikat dengan pita kaset. Sehingga ketika terkena angin, pita tersebut akan bergetar dan menghasilkan suara seperti pesawat terbang. Layang-layang seperti ini, dikuningan terkenal dengan nama peteng (bunyi e pertama seperti pada kata “pergi” dan e kedua seperti pada kata “enak”).
Keajaibanyya tak berhenti sampai disitu. Ada masyarakat yang sudah memodifikasi Si Peteng ini dengan teknologi agak canggih. Dengan dilengkapi batu baterai seperti pada jam tangan dan lampu Flip Flop, sejumlah rangkainpun dipasang pada si Peteng. Sehingga pada malam hari, nampak kerlap kerlip lampu di angkasa yang tentu saja akan terlihat sangat indah. Layang-layang ini sengaja diterbangkan ketika mendekati sunset dan kemudian di biarkan terbang selama semalaman untuk menghiasi langit-langit sekitar sebagai bahan tontonan. Tapi tentu saja tak ada yang menjaga layang-layang ini, tetapi talinya diikat pada pohon atau benda sejenisnya. Pada pagi harinya, energi listrik baterai sudah habis dan si Petengpun turun tahta untuk di recharge kembali. Benar-benar unik.
0 komentar:
Post a Comment
silahkan isi komentarnya ya..